Cerpen : Pilih Ego Kamu Atau Persahabatan Kita ?



Pilih Ego Kamu Atau Persahabatan Kita ?

Ada dua orang yang telah bersahabat sejak kecil. Dinda dan Silvi, ya mereka sudah lama tidak bertemu. Setelah mereka bertemu kembali ternyata mereka satu sekolah. Pertemuan mereka adalah moment paling penting yang memang harus dirayakan. Dan kebetulan sekolah mereka mengadakan lomba-lomba untuk siswa-siswi angkatan baru.  Lalu Dinda dan Silvi berbincang-bincang tentang kegiatan yang akan diadakan di sekolah nya. Fashion adalah salah satu lomba yang akan mereka berdua ikuti. 

“Dinda " bagaimana jika kita ikut lomba fashion?” Tanya Silvi
“ya aku setuju. Tapi jika salah satu dari kita ada yang kalah, jangan ada pertengkaran ya!” jawab Dinda
“yaiyalah, itukan kompetisi. Jadi untuk apa marah, iya kan?”
“iya, ini perjanjian kita sebelum mengikuti lomba ya.” 

Mereka berdua menyiapkan persiapan fashion untuk esok hari. Dress, wedges, hijab, dan alat make up sudah di persiapkan dengan matang. Silvi hanya menyiapkan itu saja pada malam hari sebelum perlombaan,setelah selesai dia langsung tidur.  Sedangkan Dinda terus berlatih bagaimana berjalan dengan anggun, bergaya dengan cantik dan bagaimana cara berinteraksi dengan audience yang akan dihadapinya esok hari. Matahari telah muncul dengan begitu cerahnya dan menghangatkan jagad raya, itu tandanya mereka akan berkompetisi dan saling bersaing. Kami pergi ke sekolah berdua, dan sesampainya disana…

“kamu cantik banget Sil.” Puji teman-temannya.
“makasih ya semuanya.” Dia melirik ke arah Dinda dengan tatapan yang benar-benar meremehkan Dinda, karena tidak ada satupun teman yang memujinya.

Perlombaan dimulai pada pukul 08.00 pagi  dan saatnya Dinda membuktikan kepada Silvi serta teman-temannya jika dia bisa menang. Silvi mendapatkan nomor 9 sedangkan Dinda mendapatkan nomor 10. Saat nama Silvi disebut untuk naik ke panggung dia terlihat sangat cantik, tetapi cara berjalan nya tidak terlalu bagus dan gayanya pun sudah di pelihatkan oleh peserta-peserta sebelumnya. Dan itu terlihat biasa saja. Peserta selanjutnya adalah Dinda, dia memang tidak terlalu cantik karena memiliki kulit sawo matang, sangat berbeda dengan Silvi. Tapi penampilannya sangat menakjubkan, berkat latihannya dengan sungguh-sungguh tadi malam.

“kok dia bisa tampil sebagus itu sih? Darimana dia tahu bagaimana cara berjalan yang anggun? Duh… aku bisa kalah nih.” Gerutu Silvi
“pengumuman lomba akan diumumkan setelah juri berdiskusi ya!” kata salah satu MC
Semua peserta naik keatas panggung.... Saat-saat yang menegangkan untuk mereka semua.
“berdasarkan hasil diskusi juri, yang juara ketiga adalah Farhan dan Ferina. Tepuk tangan untuk mereka berdua.” 

“juara kedua diraih oleh Dina Prisilia, tepuk tangan untuk Dina.”
“dan juara pertama diraih oleh….. Dinda Nafisah, tepuk tangan yang meriah untuk Dinda.”
Ekspresi wajah Silvi dan teman-temannya begitu terlihat jengkel. 
“kenapa coba dia bisa menang?” kata salah satu temannya Silvi
“iya tuh, cantikan juga kamu Sil.” Ujar temannya lagi
“emang dasar pengkhianat, harusnya aku yang menang tuh!” ucap Silvi dengan nada penuh amarah
“iya sil harusnya kamu yang menang, kamu kan lebih cantik dari dia.”

Setelah pengumuman kemenangan tersebut, Silvi menjadi marah kepada Dinda padahal sebelumnya sudah ada perjanjian jika ada yang kalah tidak boleh marah.

“hai sil, kamu cantik sekali.” Kata Dinda
“kamu ingin mengejek aku karena aku kalah lomba fashion kan?”
“maksud kamu apa?”
“ah sudahlah kamu jangan pura-pura tidak tahu, aku tahu pasti kamu ingin mengejekku dan ingin meremehkan aku. Kamu senang kan kalau aku kalah seperti ini?” 
“aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan tadi. Bukankah kita berdua sudah mengadakan perjanjian sebelum mengikuti lomba fashion? Atau kamu lupa?”
“ah sudahlah lupakan semua perjanjian kita waktu kemarin!”
“tapi sil…”

Silvi langsung pergi meninggalkan Dinda tanpa menghiraukan pembicaraan yang tadi mereka bicarakan. Dengan rasa bersalah karena Silvi marah kepadanya, Dinda langsung pergi ke rumah Silvi untuk meminta maaf.

“assalamualaikum. Silvi?”
“waalaikumussalam. Ngapain kamu kesini? Apa kamu ingin mengejek aku lagi?”
“bukan itu maksud aku ke rumah kamu. Aku jadi merasa bersalah karena kamu marah kepadaku.”
“kenapa kamu merasa bersalah? Memangnya kamu punya salah apa sama aku?”
“kamu marah kan sama aku? Makanya aku datang kesini untuk minta maaf sama kamu. Aku tidak ingin persahabatan kita hancur hanya karena kemenangan lomba fashion.”
“iya din, sebenarnya aku sangat cemburu dengan kemenangan kamu di lomba fashion ini.”
“ya sudah, jika kamu menginginkan piala dan kemenangan ku ambil lah. Aku tidak membutuhkan ini, aku hanya ingin persahabatan kita baik-baik saja dan tentram seperti saat kita kecil.” Ucap Dinda sambil memberikan piala kepada Silvi.
“untuk apa? Aku tidak pantas mendapatkan piala kemenangan ini. Aku tidak mempersiapkan semua yang sebenarnya akan menjadi penilaian juri. Aku malah enak-enakan tidur. Sedangkan kamu? Kamu pantas bahkan sangat pantas memenangkan lomba fashion ini karena usahamu tadi malam. Maafkan aku yang telah dengki kepadamu Din..“mohon Silvi sambil bertekuk lutut dihadapan Dinda.
“bangun Sil, kamu tidak perlu melakukan hal seperti ini. Aku selalu memaafkan kesalahan kamu kapan dan dimana pun kamu melakukan kesalahan. Aku harap ini pertengkaran kita yang terakhir ya..”ucap Dinda sambil mengajak silvi untuk kembali berdiri.

Lalu mereka saling berpelukan dan saling meminta maaf satu sama lain. Persahabatan mereka kembali terjalin seperti waktu kecil dulu, tentram dan bahagia. 

Pesan : Persahabatan itu seperti rantai, jika ada suatu problem yang masih bisa diselesaikan, selesaikanlah dengan kepala dingin, jangan pernah menggunakan keegoisan dan emosimu untuk menyelesaikan problem. Impossible problem itu akan selesai dan possible rantai itu akan putus jika kamu egois dan emosian…..


Karya : Dinda Nafisah

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Tulis Komentar Kalian

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel